Asia Tenggara adalah wilayah dengan pertumbuhan pesat dalam industri game. Niko Partners memperkirakan terdapat lebih dari 300 juta gamer di enam negara yang kami lacak di Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Di pasar-pasar ini, total pendapatan game PC dan seluler diperkirakan akan mencapai USD6,5 miliar pada tahun 2025, dengan perkiraan CAGR sebesar 7,1% pada tahun 2021-25 (Niko Partners, 2023). Ukuran industri game mencakup pendapatan dari berbagai sektor termasuk pembelian dalam game, pengembangan game, dan esports.
Niko Partners melakukan survei tahunan terhadap 2.400 gamer di Asia Tenggara, dengan target utama adalah Gen Z dan Milenial berusia 18 hingga 29 tahun. Baik untuk bersenang-senang santai maupun untuk aksi kompetitif, bermain game telah menjadi bagian integral dari budaya Asia Tenggara. Esports, khususnya, telah muncul sebagai komponen penting dalam hiburan arus utama di kawasan ini.
Esports pertama kali masuk perebutan medali di Olympic Council of Asia (OCA), Asian Games Tenggara (SEA Games) yang disetujui di Filipina pada tahun 2019, disusul SEA Games 2021 di Vietnam dan SEA Games 2023 di Kamboja. . Singapura juga menjadi tuan rumah Olympic Esports Week pertama pada tahun 2023.
Wilayah ini memiliki organisasi esports terkemuka, seperti EVOS Esports, Team Flash, Fnatic, dan ONIC Esports. Negara-negara Asia Tenggara juga pernah menjadi tuan rumah turnamen besar global seperti Free Fire World Series dan Mobile Legends: Bang Bang World Championships yang telah berlangsung di SEA selama 5 tahun berturut-turut.
Kebijakan Malaysia untuk pengembangan industri game dan esports
Pertumbuhan esports dan game di Asia Tenggara menginspirasi peningkatan perhatian dan investasi, dan Malaysia adalah salah satu pasar terkemuka di kawasan ini, yang berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ini. Pemangku kepentingan industri game, termasuk pemerintah, perusahaan telekomunikasi, dan organisasi teknologi lainnya, mengambil inisiatif dalam menyediakan program untuk membina bakat game dan esports. Instansi pemerintah Malaysia, khususnya Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC), juga telah memberikan insentif dan dukungan kepada pembuat game, mendorong lebih banyak orang untuk memulai dan mengembangkan perusahaan pengembang game. Program seperti Hibah Konten Digital, Tantangan Pembuat Konten Digital, dan inisiatif Pemangkin IP360 Metaverse adalah contoh utama inisiatif yang mendorong pembangunan.
Terkait esports, pemerintah Malaysia telah menunjukkan dukungannya, melalui amandemen Undang-Undang Pengembangan Olahraga tahun 1997 yang mencakup pengakuan terhadap esports pada tahun lalu. Menteri Pemuda dan Olahraga Hannah Yeoh dan Esports Integrated (ESI) yang dipimpin pemerintah juga meluncurkan Pedoman Pengembangan Esports Nasional (NESDEG). NESDEG adalah salah satu pedoman pemerintah pertama di kawasan ini yang memberikan perlindungan terperinci bagi para pemain esports dan panduan bagi penyelenggara turnamen esports.
Pada bulan Oktober 2023, Kementerian Keuangan Malaysia mengumumkan anggaran MYR 30 juta (USD6,3 juta) untuk mendorong perusahaan game dan esports asing berinvestasi di Malaysia. Meskipun informasi rinci mengenai alokasi anggaran belum tersedia, inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik Malaysia terhadap perusahaan asing yang ingin memasuki pasar.
Mengapa industri game dan esports penting untuk didukung
Dalam menganalisis dukungan terhadap gaming dan esports di Asia Tenggara, termasuk Malaysia, penting untuk mempertimbangkan konteks pasar. Generasi muda, khususnya Gen Z dan Gen Alpha, tumbuh di dunia yang mengutamakan digital.
Lingkungan ini memerlukan seperangkat keterampilan yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Keterampilan penting untuk berkembang di dunia yang mengutamakan digital ini mencakup komunikasi digital, kolaborasi, kreativitas, berpikir kritis, dan pemecahan masalah. Khususnya, keterampilan ini dapat dipupuk melalui video game (Bailey, et al., 2006). (Hewett, 2022).
Video game dan esports mendorong kompetensi keterampilan ini dalam format yang menarik. Misalnya, video game multipemain dan esports dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi melalui aspek berbasis tim (Musick, et al., 2021). Lebih lanjut, kreativitas, pemikiran kritis, dan pemecahan masalah dapat dipupuk melalui kegiatan pengembangan game (Thomas & Greene, 2011) dan dengan memainkan genre game tertentu, seperti strategi dan role-playing game (Franco, et al., 2019).
Kedua, perkembangan industri video game dan esports membuka peluang kerja baru di dalam dan luar negeri. Peluang di industri game dan esports termasuk menjadi pengembang game, pemain esports profesional, pelatih esports, dan pembuat konten. Permintaan terhadap esports di wilayah ini juga menyebabkan peningkatan jumlah hadiah di seluruh turnamen esports. Jianwei Yap, pemain Dota 2 Malaysia, telah memperoleh USD2,081,585 dari kumpulan hadiah saja (Esports Earnings, 2024), yang merupakan penghasilan tertinggi di antara semua pemain di Asia Tenggara.
Dalam kasus Malaysia, negara ini mengalami peningkatan jumlah studio game yang dapat mengembangkan game AAA. Studio seperti Lemon Sky Studios, Passion Republic, Streamline Studios, Common Extract, dan Kaigan Games mengambil bagian dalam memberikan pengalaman berharga kepada pengembang game Malaysia dalam mengembangkan game yang sukses. Game terkenal yang dikembangkan dengan keterlibatan studio Malaysia antara lain Street Fighter 6, Final Fantasy XV, Cyberpunk 2077, Death Stranding, Spider-Man Remastered, The Last of Us: Part 2, Elden Ring, Street Fighter 6, dan Overwatch 2. Kualitas studio Malaysia juga menarik investasi asing, dengan Lemon Sky Studios diakuisisi oleh pengembang game iCandy Interactive yang tercatat di bursa Australia senilai USD30 juta, sementara Common Extract diakuisisi oleh studio Swedia The Gang dengan jumlah yang tidak diungkapkan.
Malaysia telah membuat terobosan signifikan dalam industri esports. AirAsia, maskapai penerbangan berbiaya rendah yang berbasis di Malaysia, menjadi maskapai penerbangan pertama di dunia yang memiliki tim esports, secara aktif mengembangkan kancah esports di negara dan kawasan sebelum pandemi COVID-19. Selain itu, Esports Business Network (EBN) Malaysia mengoperasikan EBN Esports City di Kuala Lumpur, fasilitas esports terbesar di Asia Tenggara, dengan luas lebih dari 6.000 meter persegi dan dapat menampung lebih dari 1.000 orang. Perkembangan penting lainnya adalah pendirian Esports Hub yang berfokus pada Mobile Legends di mal Element X Hatten Land di Melaka, yang pertama secara global.
Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan potensi Malaysia untuk meningkatkan reputasi internasionalnya, membina bakat lokal, dan meningkatkan popularitas esports dalam negeri. Mendukung industri video game dan esports dapat memberikan hasil positif, termasuk mengembangkan keterampilan penting dan menciptakan peluang kerja.
Tantangan terhadap pertumbuhan
Terlepas dari semua perkembangan yang mendukung pertumbuhan industri video game dan esports di kawasan ini, khususnya Malaysia, kami menyadari bahwa tantangan masih ada. Pertama, meningkatnya ketidakamanan kerja di industri game global, seperti yang ditunjukkan oleh PHK selama satu hingga dua tahun terakhir. PHK ini sebagian besar disebabkan oleh kelebihan staf selama pandemi, berdasarkan ekspektasi yang terlalu optimis terhadap pertumbuhan industri game. Ketika pertumbuhan kembali normal, perusahaan harus mengurangi jumlah stafnya. Hal ini juga dibarengi dengan meningkatnya biaya untuk mencari talenta di seluruh industri, dengan inflasi dan penyesuaian biaya hidup sebagai faktor parsial.
Kedua, masyarakat lanjut usia di kawasan ini, termasuk Malaysia (Osman & Bakar, 2012) (Ng, 2023), bersikap skeptis terhadap video game dan esports. Video game dan esports sering dianggap memberikan dampak negatif pada anak-anak, menyebabkan kecanduan, perilaku buruk, dan rendahnya keterampilan sosial. Sikap generasi seperti ini memerlukan waktu untuk berubah.
Ketiga, keahlian dan pengalaman terkait game dan esports masih kurang. Meskipun perkembangan game dan esports yang dinamis telah muncul dalam dekade terakhir, kawasan ini masih jauh tertinggal dari raksasa industri game di Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan (Tiwari & Grace, 2023).
Di Malaysia, khususnya, kita melihat investasi dan pembukaan bisnis di negara tersebut mendorong pertumbuhan industri game, dibandingkan dengan PHK massal dan permasalahan yang mengganggu industri game di kancah global. Misalnya, perusahaan perdagangan game dan pembayaran yang berbasis di AS, Xsolla, membuka kantor baru di Kuala Lumpur pada tahun 2023, menjadikannya salah satu kantor perusahaan terbesar. Pengembang dan penerbit game yang berbasis di Inggris, Double Eleven, juga membuka studio di Kuala Lumpur pada tahun 2022, karena tertarik dengan bakat yang diberikan oleh pengembang Malaysia.
Meski demikian, bukan berarti tidak ada permasalahan di industri game tanah air. Misalnya saja masih terdapat isu seperti skandal pelecehan yang menimpa studio Persona Theory Games (Virtual SEA, 2024) dan adanya pendapat dari mufti (ahli hukum Islam) setempat yang menganggap beberapa game haram (haram bagi umat Islam).
Oleh karena itu, lembaga pemerintah dan pemangku kepentingan di industri game perlu berkolaborasi lebih jauh untuk memastikan adanya formulasi kebijakan, insentif, dan perlindungan di masa depan untuk mendukung pertumbuhan dan keamanan industri game dan esports. Tindakan lebih lanjut juga diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang sisi positif dari permainan dan cara mengurangi potensi dampak negatifnya.
Pandangan masa depan
Industri game dan esports di Asia Tenggara, termasuk Malaysia, terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Industri game Malaysia telah tumbuh rata-rata sebesar 8,9% YoY sejak tahun 2020 (Niko Partners, 2023) dan sejak tahun 2020, Niko Partners juga memperkirakan lebih dari 50% penduduk Malaysia adalah gamer aktif.
Ada banyak alasan untuk bersikap optimis terhadap tren ini. Malaysia memiliki potensi untuk memimpin pertumbuhan industri game di kawasan ini karena negara tersebut memiliki lingkungan bisnis yang menguntungkan bagi perusahaan game.
Hal ini mencakup pengembang game berbakat dan berkelas dunia, popularitas yang semakin meningkat di kalangan perusahaan game asing yang mengembangkan kantor regional karena lingkungan bisnis yang mendukung di Malaysia, peningkatan signifikan dalam investasi ekonomi digital, dan meningkatnya pengakuan dan dukungan terhadap esports di sektor swasta dan pemerintah.
Oleh Darang S. Candra (Direktur Riset Asia Tenggara dan Asia Timur)
Artikel ini adalah bagian dari Horizon: Perspektif Ekonomi Digital Malaysia, publikasi ekonomi digital yang strategis diterbitkan oleh Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC). Artikel ini direproduksi dengan izin. Lihat publikasi selengkapnya di sini.
Gaming Center
Gaming center adalah sebuah tempat atau fasilitas yang menyediakan berbagai perangkat dan layanan untuk bermain video game, baik di PC, konsol, maupun mesin arcade. Gaming center ini bisa dikunjungi oleh siapa saja yang ingin bermain game secara individu atau bersama teman-teman. Beberapa gaming center juga sering digunakan sebagai lokasi turnamen game atau esports.